MENU

Halaman

Kamis, Oktober 17, 2013

Fenomena Lilin dan Indonesia


“Di wenehi ati ngerogoh rempelo”,  itulah istilah yang tepat untuk menggambarkan masalah ini.  Dalam bahasa indonesia istilah diatas berarti “dikasih hati minta jantung”, istilah lebih kasarnya tidak mengerti terimakasih. Sudah dibantu dengan penuh ikhlas tapi ujung – ujungnya tidak dihargai dan malah meminta yang lebih lagi. Hal ini dapat di analogikan dengan indonesia saat ini. Menurut teori kolonialisme yang di ungkapkan oleh Johan Galtung ada 3 tahap dalam kolonialisme yaitu: kolonialisme, neo kolonialisme, dan neo neo kolonialisme.  Masa kolonialisme (penjajahan fisik) sudah kita lewati pada tahun 1592-1942, neo kolonialisme (penjajahan ekonomi) juga sudah kita lewati pada saat reformasi tahun 1998, dan yang terakhir neo neo kolonialisme ini terjadi sekarang. Indonesia saat ini sedang dijajah melalui Intelektual dan budaya. Penjajahan pada tahap ini tidak terlihat, tapi dampaknya kelak akan menjadi besar.  
Melihat fonemena – fonomena terakhir ini, banyak sekali pengaruh asing yang masuk di Indonesia, baik dalam bidang intelektual, teknologi maupun budaya. Kita ambil contoh, beberapa artis – artis luar negeri yang beberapa waktu terakhir ini berkunjung ke indonesia dalam rangka konser, seperti konser  girls band korea SNSD. Fenomena ini menyedot perhatian banyak kalangan. Mulai dari anak – anak sampai dewasa. Ada banyak orangtua yang rela mengantri berjam – jam, dan meninggalkan urusannya di rumah hanya untuk membelikan tiket untuk anaknya. Padahal harga tiket itu sendiri tidak murah. Lebih ironis, mereka rela mengeluarkan uang lebih hanya untuk membeli selembar kertas untuk menonton konser SNSD, tapi seakan tidak rela mengeluarkan uang untuk membayar pajak pada pemerintah, yang sudah jelas itu untuk kepentingan negara dan dirinya sendiri secara tidak langsung.

Dikaitkan dengan pelaku ekonomi, dalam hal ini Indonesia berperan sebagai konsumen. Untuk saat ini bagi pihak asing Indonesia adalah ‘pasar’ yang potensial. Oleh karena itu mereka berlomba – lomba, menawarkan diri untuk bisa datang ke Indonesia, baik dalam bidang musik, olahraga, maupun karya film. Dalam posisi ini kita diuntungkan atau malah dirugikan??. Dimanapun, yang namanya konsumen itu pasti pihak yang banyak dirugikan. Meski kita mendapat apa yang kita inginkan tapi apakah pantas jika mendapatkan untung sedikit, tapi kerugiannya banyak. Jika di analisis lebih dalam lagi, ironis memang, kita memberikan manfaat kepada pihak asing, tapi kita sendiri yang  akan merasakan kesulitan itu kelak. Pantas memang jika pihak asing dapat kita istilahkan “di wenehi ati ngerogoh rempelo”, tapi tidak semata – mata kesalahan itu pada pihak asing. Kita sendiri juga bisa di salahkan dalam masalah ini, kenapa kita mau menerima mereka dengan terbuka, tanpa adanya analisis lebih dalam, apa manfaat dan mudhorotnya mereka datang ke Indonesia. Apa karena karakter masyarakat kita yang Ramah atau pengaruh mereka yang memang sudah meracuni dan menghipnotis kita?? Tidak seharusnya kita menjadi lilin, memberi manfaat pada mereka tapi diri kita sendiri lama – lama akan meleleh dan habis. Mari kita renungkan,,,???!!! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Drama : Happiness

  Detail Drama: Happiness Revised romanization: Happiness Hangul: 해피니스 Director: Ahn Gil-Ho Writer: Han Sang-Woon Network: tvN, TVING Episod...