“Di
wenehi ati ngerogoh rempelo”, itulah istilah yang tepat untuk menggambarkan
masalah ini. Dalam bahasa indonesia
istilah diatas berarti “dikasih hati minta jantung”, istilah lebih kasarnya
tidak mengerti terimakasih. Sudah dibantu dengan penuh ikhlas tapi ujung –
ujungnya tidak dihargai dan malah meminta yang lebih lagi. Hal ini dapat di
analogikan dengan indonesia saat ini. Menurut teori kolonialisme yang di
ungkapkan oleh Johan Galtung ada 3 tahap dalam kolonialisme yaitu: kolonialisme, neo kolonialisme, dan neo neo
kolonialisme. Masa kolonialisme (penjajahan fisik) sudah
kita lewati pada tahun 1592-1942, neo
kolonialisme (penjajahan ekonomi) juga sudah kita lewati pada saat
reformasi tahun 1998, dan yang terakhir neo
neo kolonialisme ini terjadi sekarang. Indonesia saat ini sedang dijajah
melalui Intelektual dan budaya. Penjajahan pada tahap ini tidak terlihat, tapi
dampaknya kelak akan menjadi besar.
Melihat fonemena – fonomena terakhir
ini, banyak sekali pengaruh asing yang masuk di Indonesia, baik dalam bidang
intelektual, teknologi maupun budaya. Kita ambil contoh, beberapa artis – artis
luar negeri yang beberapa waktu terakhir ini berkunjung ke indonesia dalam rangka
konser, seperti konser girls band korea SNSD. Fenomena ini menyedot perhatian
banyak kalangan. Mulai dari anak – anak sampai dewasa. Ada banyak orangtua yang
rela mengantri berjam – jam, dan meninggalkan urusannya di rumah hanya untuk
membelikan tiket untuk anaknya. Padahal harga tiket itu sendiri tidak murah. Lebih
ironis, mereka rela mengeluarkan uang lebih hanya untuk membeli selembar kertas
untuk menonton konser SNSD, tapi seakan
tidak rela mengeluarkan uang untuk membayar pajak pada pemerintah, yang sudah
jelas itu untuk kepentingan negara dan dirinya sendiri secara tidak langsung.
Dikaitkan dengan pelaku ekonomi,
dalam hal ini Indonesia berperan sebagai konsumen. Untuk saat ini bagi pihak
asing Indonesia adalah ‘pasar’ yang potensial. Oleh karena itu mereka berlomba
– lomba, menawarkan diri untuk bisa datang ke Indonesia, baik dalam bidang
musik, olahraga, maupun karya film. Dalam posisi ini kita diuntungkan atau
malah dirugikan??. Dimanapun, yang namanya konsumen itu pasti pihak yang banyak
dirugikan. Meski kita mendapat apa yang kita inginkan tapi apakah pantas jika mendapatkan
untung sedikit, tapi kerugiannya banyak. Jika di analisis lebih dalam lagi, ironis
memang, kita memberikan manfaat kepada pihak asing, tapi kita sendiri yang akan merasakan kesulitan itu kelak. Pantas
memang jika pihak asing dapat kita istilahkan “di wenehi ati ngerogoh rempelo”,
tapi tidak semata – mata kesalahan itu pada pihak asing. Kita sendiri juga bisa
di salahkan dalam masalah ini, kenapa kita mau menerima mereka dengan terbuka,
tanpa adanya analisis lebih dalam, apa manfaat dan mudhorotnya mereka datang ke
Indonesia. Apa karena karakter masyarakat kita yang Ramah atau pengaruh mereka
yang memang sudah meracuni dan menghipnotis kita?? Tidak seharusnya kita
menjadi lilin, memberi manfaat pada mereka tapi diri kita sendiri lama – lama
akan meleleh dan habis. Mari kita renungkan,,,???!!! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar