Pengindraan jauh
A. Konsep Dasar
Penginderaan Jauh
1. Pengertian Penginderaan Jauh
Istilah
penginderaan jauh saat ini bukan lagi merupakan hal asing. Jika Anda sering
memerhatikan berita baik dari televisi maupun media cetak, kata penginderaan
jauh sering muncul. Di negara Indonesia sering disingkat dengan PJ dan Indraja.
Di beberapa negara lain dikenal dengan sebutan Remote Sensing (Inggris),
Teledetection (Prancis), Fernerkundung (Jerman), Sensoriamento
Remota (Portugis), Distansionaya (Rusia), dan Perception
Remota (Spanyol).
Pada awal perkembangannya,
penginderaan jauh hanya berfungsi sebagai teknik atau cara
untuk mendapatkan data dari permukaanbumi yang dilakukan tanpa harus kontak
dengan permukaan
bumi. Dalam
perkembangan selanjutnya, penginderaan jauh sering diposisikan sebagai suatu
ilmu.
Everett dan Simonett memberikan
batasan bahwa penginderaan jauh adalah suatu ilmu karena di dalamnya
terdapat suatu sistematika tertentu untuk dapat menganalisis informasi dari
permukaan bumi. Ilmu ini harus dapat dipadukan dengan beberapa ilmu lain,
seperti geologi, geo morfologi, geodesi, meteorologi, tanah, dan perkotaan.
Lillesand dan Kiefer (1994)
mengemukakan bahwa penginderaanjauh adalah ilmu dan seni untuk mendapatkan
informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data
yangdiperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah,
atau fenomena yang dikaji.
Alat yang dimaksud tidak berhubungan
langsung dengan objek,yaitu alat yang pada waktu perekaman objek tidak ada di
permukaanbumi, tetapi berada di angkasa maupun luar angkasa. Oleh karena itu,
dalam proses perekaman menggunakan wahana atau mediapembantu seperti satelit,
pesawat udara, dan balon udara. Data hasil penginderaan jauh sering dinamakan citra.
Usia pengetahuan mengenai
penginderaan jauh sebenarnya masih relatif muda. Namun, pemakaian penginderaan
jauh cukup pesat. Pemakaian penginderaan jauh itu antara lain untuk men
dapatkan data atau informasi yang tepat, singkat, dan akurat dari seluruh
pelosok Indonesia. Data dari citra sangat penting untuk pembangunan, seperti
mendeteksi dan menginventarisasi sumber daya alam, daerah banjir, kebakaran
hutan, sebaran permukiman, dan landuse.
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Gambar 2.1
Citra Hasil
Penginderaan Jauh
Contoh citra
hasil penginderaan jauh
dari wahana
satelit milik NOAA yang
menampilkan
badai hurricane di Gloria, Amerika Serikat.
a. Citra
Citra dapat
diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang diamati
sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai contoh,
memotret bunga di taman. Citrataman di halaman rumah yang berhasil dibuat
merupakan citrataman tersebut. Proses pembuatan citra dengan cara memotret
objek dapat dilakukan dengan arah horisontal maupun vertikal dari udara (tampak
atas). Hasil citra secara horisontal tampak sangat berbeda jika dibandingkan
dengan hasil pemotretan dari atas atau udara. Gambar yang dicitra dengan arah
horisontal menghasilkan citratampak samping, sedangkan dengan arah vertikal
menghasilkan citra tampak atas baik tegak maupun miring (obliq).
![]() |
![]() |
Gambar 2.2
Contoh Citra
Foto
a) Foto dari arah horisontal.
b) Foto dari udara (vertikal)
Menurut Hornby, citra adalah
gambaran yang terekam oleh kamera atau alat sensor lain. Adapun menurut Simonet
dkk, citra adalah gambar rekaman suatu objek (biasanya berupa gambaran
pada citra) yang diperoleh melalui cara optik, elektro-optik, optikmekanik,
atau elektro -mekanik.
b. Wahana
Wahana diartikan
sebagai kendaraan yang membawa alat pemantau. Wahana sering pula dinamakan
mediator. Berdasarkan ketinggian peredarannya, posisi wahana dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.
1)
Pesawat terbang rendah sampai medium (low to medium altitude aircraft) ketinggian antara 1.000–9.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang
dihasilkannya adalah citra foto (foto udara).
2) Pesawat
terbang tinggi (high altitude aircraft) dengan ketinggian sekitar 18.000
meter dari permukaan bumi.
Citra yang dihasilkannya adalah citra udara dan multispectral scanner data.
3)
Satelit dengan ketinggian antara 400–900 km dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra satelit.
![]() |
Gambar 2.3
Wahana
Satelit Penginderaan Jauh
Wahana
satelit memiliki banyak keuntungan
karena mampu
mengambil gambar dalam
cakupan
wilayah yang jauh lebih luas
2. Sistem
Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh sering dinamakan
sebagai suatu sistem karena melibatkan banyak komponen. Gambaran objek permukaan bumi merupakan hasil
interaksi antara tenaga dan objek yang direkam. Tenaga yang dimaksud adalah
radiasi matahari, tetapi jika perekaman tersebut dilakukan pada malam hari
dibuat tenaga buatan yang dikenal sebagai tenaga pulsar. Penginderaan
jauh yang hanya menggunakan sumber tenaga matahari sering pula dinamakan sistem
penginderaan jauh pasif.
a. Sumber
Tenaga untuk Penginderaan Jauh
Pengumpulan data dalam penginderaan
jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan sensor buatan. Oleh karena
itu, diperlukan tenaga peng hubung yang membawa data objek ke sensor. Data
tersebut di kumpulkan dan direkam melalui tiga cara dengan variasi
sebagai
berikut.
1) Distribusi
daya (force), contohnya Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.
2)
Distribusi gelombang bunyi, contohnya Sonar digunakan untuk mengumpulkan
data
gelombang suara dalam air
![]() |
Gambar 2.4
Gelombang
Sonar
Gelombang
sonar banyak dipergunakan
untuk
membantu memetakan bentuk dasar
laut.
3) Distribusi
gelombang elektromagnetik, contohnya kamera untukme ngum pulkan data
yang berkaitan dengan pantulan sinar.
Penginderaan jauh yang menggunakan
tenaga buatan disebut sistem penginderaan jauh aktif. Hal ini didasarkan
bahwaperekaman objek pada malam hari diperlukan bantuan tenaga di luar
matahari. Proses perekaman objek tersebut melalui pancaran tenaga buatan yang
disebut tenaga pulsar yang berkecepatan tinggi karena pada saat pesawat
bergerak tenaga pulsar yang dipantulkan oleh objek direkam. Oleh karena tenaga
pulsar memantul, pantulan yang tegak lurus memantulkan tenaga yang banyak
sehingga rona yang terbentuk akan berwarna gelap. Adapun tenaga pantulan
pulsaradar kecil, rona yang terbentuk akan cerah.
Sensor yang tegak lurus dengan objek
membentuk objek gelap disebut near range, sedangkan yang membentuk sudut
jauh dari pusatperekaman disebut far range.
Dalam penginderaan jauh harus ada
sumber tenaga yaitu matahari yang merupakan sumber utama tenaga elektro
magnetik alami. Penginderaan jauh dengan memanfaatkan tenaga alamiah disebut
penginderaan jauh sistem pasif.
Radiasi matahari yang terpancar ke
segala arah akan terurai menjadiberbagai panjang gelombang ( ), mulai panjang
gelombang dengan unit terkecil (pikometer) sampai dengan unit terbesar
(kilometer).
Tabel 2.1
Ukuran Panjang Gelombang ( ) yang Dipancarkan
Unit
|
simbol
|
Ekuivalen (meter)
|
Keterangan
|
Kilometer
|
km
|
1.000 m = 103 m
|
Ukuran dasar
|
Meter
|
m
|
1 m = 103 m
|
Ukuran dasar
|
Ukuran
|
cm
|
0,01 m = 10-2 m
|
Ukuran dasar
|
Milimeter
|
mm
|
0,001 m = 10-3 m
|
Ukuran dasar
|
Mikrometer
|
|
0,0000001 m = 10-6 m
|
Mikron ( )
|
Nanometer
|
nm
|
10-9 m
|
Ukuran yang
umum
sinar-x
|
Angstrom
|
A
|
10-10 m
|
|
Pikometer
|
pm
|
10-12 m
|
Radiasi matahari yang terpancar
kemudian bersentuhan dengan objek di permukaan
bumi, kemudian dipantulkan ke sensor.
Radiasi matahari juga dapat berupa tenaga dari objek yang dipancarkan ke sensor.
Jumlah tenaga matahari yang mencapai
bumi (radiasi) di pengaruhi oleh waktu, lokasi, dan kondisi cuaca. Jumlah
tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak jika dibandingkan dengan
jumlahnya pada pagi atau sore hari,
bahkan malam hari. Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi berubah
sesuai dengan perubahan musim dan peredaran semu tahunan matahari.
b. Atmosfer
Atmosfer bersifat selektif terhadap
panjang gelombang sehinggahanya sebagian kecil tenaga elektromagnetik yang
dapat mencapaipermukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh.
Bagianspektrum elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer dan dapat mencapai
permukaan bumi disebut jendela atmosfer. Jendela atmosferyang paling
dikenal orang dan digunakan dalam penginderaan jauhhingga sekarang spektrum
tampak yang dibatasi oleh gelombang 0,4 m hingga 0,7 m.
Tenaga elektromagnetik dalam jendela
atmosfer tidak seluruhnya dapat mencapai permukaan bumi secara utuh karena
sebagian terhalang oleh atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir-butir
yang ada di atmosfer, seperti debu, uap air, dan berbagai macam gas. Proses
penghambatannya dapat terjadi dalam bentuk serapan, pantulan, dan hamburan.
c. Alat
Pengindra
Alat pengindra disebut juga sensor. Sensor
adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam suatu
objek dalam daerah jangkauan tertentu. Setiap sensor memiliki kepekaan
tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik.
Tabel 2.2 Spektrum
Elektromagnetik dan Bagian-bagiannya
Spektrum
Saluran
|
Panjang
Gelombang
|
Keterangan
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
Gamma
X
Ultraviolet (UV)
UV fotografik
Tampak
Biru
Hijau
Merah
Inframerah (IM)
IM Pantulan
IM Fotografik
IM termal
Gelombang mikro
Radar
Ka
K
|
0,03 nm
0,03–3 nm
3 nm–0,4( ) m
0,3–0,4() m
0,4–0,7() m
0,4–0,5() m
0,5–0,6() m
0,6–0,7() m
0,7–1,000() m
0,7–3 ()m
0,7–0,9 ()m
3–5 () m
0,3–300 cm
0,3–300 cm
0,8–1,1 cm
1,1–1,7 cm
|
Diserap oleh atmosfer, tetapi benda radioaktif dapat diindra
dari pesawat yang terbang rendah
Diserap
oleh atmosfer, sinar buatan digunakan dalam kedokteran
Diserap
oleh atmosfer, sinar buatan digunakan dalam kedokteran
Hamburan
atmosfer berat
sekali,
diperlukan lensa kuarsa
dalam
kamera
Jendela
atmosfer terpisah oleh
saluran
absorpsi
Film khusus
dapat merekam hingga
panjang
gelombang hampir 1,2 () M
Jendela-jendela
atmosfer dalam
spektrum
ini
Gelombang
panjang yang mampu
menembus
awan, citra dapat dibuat
dengan cara
pasif dan aktif
Penginderaan
jauh sistem aktif
yang paling
banyak digunakan
yang paling
banyak digunakan
|
Kemampuan
sensor untuk merekam gambar terkecil disebut resolusi spasial. Semakin
kecil objek yang dapat direkam oleh suatu sensor, semakin baik kualitas sensor
tersebut dan semakin baik pula resolusi spasial dari citra.
Jika memerhatikan proses
perekamannya, sensor dapatdibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Sensor Fotografi
Pada sensor fotografi proses
perekamannya berlangsung secarakimiawi. Tenaga elektromagnetik diterima dan
direkam pada emulsifilm yang jika diproses akan menghasilkan citra. Jika
pemotretan dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya, citranya disebut foto
udara. Jika pemotretannya dilakukan melalui antariksa, citranyadisebut
citra orbital atau foto satelit.
2) Sensor Elektrik
Sensor elektrik menggunakan tenaga
elektrik dalam bentuk sinyalelektrik. Alat penerima dan perekamannya berupa
pita magnetik ataudetektor lainnya. Sinyal elektrik yang direkam pada pita
magnetik,kemudian diproses menjadi data visual maupun menjadi data digital yang
siap diolah dengan menggunakan komputer.
Proses perubahan data digital
menjadi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
a) Memotret
data yang direkam dengan pita magnetik yang diwujudkan secara visual pada
layar monitor.
b) Menggunakan
film perekam khusus, hasil akhirnya dinamakan citra penginderaan jauh
Tabel 2.3
Wahana, Sensor, dan Detektor
No.
|
Sistem
Penginderaan
Jauh
|
Wahana
|
Sensor
|
Detektor
|
1.
2.
3.
4.
|
Fotografik
Thermal
Gelombang Mikro dan
Radar
Satelit
|
Balon udara
Pesawat udara
Pesawat udara
Pesawat udara
Satelit
Satelit
|
Kamera
Scanner
Scanner
Scanner
|
Film
Pita magnetik
Pita magnetik
Pita magnetik
|
d. Perolehan
Data
Perolehan data dapat dilakukan
dengan cara manual, yaitu dengan interpretasi secara visual dan dapat pula
dengan cara digital, yaitu dengan menggunakan alat bantu komputer. Citra udara
pada umumnya ditafsirkan secara manual, sedangkan data hasil penginderaan jauh
secara
elektronik
dapat ditafsirkan secara manual maupun secara digital.
e. Pengguna
Data
Pengguna (user) merupakan
komponen penting dalam penginderaan jauh karena pengguna data ini dapat
menentukan diterima atau tidaknya hasil penginderaan jauh tersebut.
Data yang dihasilkan dari sistem
penginderaan jauh merupakan data yang sangat penting bahkan mungkin termasuk
dalam kategori sangat rahasia untuk kepentingan orang banyak.
Di negara-negara maju, data hasil
penginderaan jauh dijadikan sebagai rahasia negara sehingga tidak sembarang
pengguna yang dapat mengakses dan menggunakannya
3. Penentuan
Skala Citra Udara
Jumlah gambaran yang dapat disajikan
pada suatu foto udara salah satu faktornya bergantung pada skala foto. Skala
dapat dinyatakan sebagai padanan jarak, pecahan representatif, atau
perbandingan. Sebagai contoh, jika jarak citra udara 1 mm mewakili 50 meter di
lapangan, skala citra udara dapat ditulis 1 mm = 50 m (padanan unit) atau
1/50.000 (pecahan representatif) atau 1:50.000 (perbandingan).
Sama halnya dengan skala pada peta,
penyebutan skala pada foto juga dikenal adanya skala besar dan skala kecil.
Foto yang berskala besar adalah foto yang memiliki skala 1:10.000
Karena foto
ini menunjukkan ketampakan medan yang ukurannya lebih besar dan relatif dapat
diperinci. Bandingkan dengan foto udara berskala 1:50.000 menampilkan isi
seluruh kota akan menunjukkan ketampakan yang ukurannya lebih kecil dan kurang
rinci.
Cara yang paling mudah untuk
menentukan apakah sebuah foto udara termasuk ke dalam skala besar atau skala
kecil adalah Anda harus mengingat bahwa objek yang sama tampak lebih kecil pada
foto udara yang skalanya lebih kecil dibandingkan foto yang skalanya lebih
besar.
Metode yang cepat untuk menentukan
skala foto adalah mengukur jarak di foto dan di lapangan antara dua titik yang
dikenal. Syaratnya dua titik tersebut harus dapat diidentifikasi di dalam foto
dan pada peta. Skala (S) dihitung sebagai perbandingan jarak di citra (d) dan
jarak di lapangan (D).
![]() |
Contoh:
Dua perpotongan sungai yang tampak
pada foto udara dapat diidentifikasi pada
peta topografi skala 1:50.000. Diketahui bahwa jarak antara dua titik
perpotongan sungai = 30 mm pada peta dan jarak 76 mm pada peta. Tentukan:
a) berapakah skala citra udara tersebut?
b) berapakah panjang dari sebuah bantaran sungai
yang jaraknya 23,9 mm pada citra udara?
Jawab:
a) Jarak di lapangan antara dua perpotongan
sungai ditentukan
dari skala
peta yaitu:
![]() |
dengan perbandingan langsung, skala citra udara adalah:
![]() |
b) Panjang bantaran sungai di lapangan adalah:
![]() |
Skala ialah fungsi dari panjang
fokus kamera (f) yang digunakan untuk mendapatkan foto dan tinggi terbang di
atas objek (H’). Skala citra udara dapat dihitung melalui rumus sebagai
berikut.
![]() |
Contoh:
Perekaman suatu objek dilakukan
dengan menggunakan kamera yang memiliki panjang fokus 30 mm (f). Tinggi terbang
pesawat 3.000 meter di atas permukaan laut (H) dan ketinggian objek 300 meter
di atas permukaan laut (h). Berapakah skala citra udara tersebut?
Jawab:
![]() |
= 1 : 90.000
Jadi, skala
citra udara tersebut adalah 1:90.000.
4. Jenis Foto
Foto dapat dibedakan atas citra foto
(photographyc image) atau citra udara dan citra nonfoto (nonphotograpyc
image).
a. Citra Foto
Citra foto adalah gambar
yang dihasilkan dengan menggunakansensor kamera. Citra foto dapat dibedakan
atas beberapa dasarpertimbangan, yaitu sebagai berikut.
1) Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spektrum
elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas menjadi lima jenis, yaitu sebagai
berikut
a)
Foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
ultraviolet dekat dengan panjang gelombang0,29 mikro meter. Cirinya
tidak banyak informasi yang
dapat diperoleh, tetapi untuk beberapa objek dari citra ini mudahpengenalannya
karena daya kontrasnya yang besar. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi beberapa fenomena,
sepertitumpahan minyak di air laut, membedakan
atap logam yang tidak dicat, dan jaringan jalan aspal.
b) Foto
ortokromatik, yaitu foto yang dibuat meng gunakan spektrum tampak, mulai warna
biru hingga sebagian hijau (0,4–0,56 mikrometer). Objek akan tampak lebih jelas sehingga citra ini
berguna untuk studi pantai mengingat filmnya peka terhadap objek di bawah permukaan air
hingga kedalaman kurang lebih 20 meter.
c) Foto
pankromatik, yaitu foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai
warna merah hingga ungu. Daya peka film hampir sama dengan kepekaan mata manusia. Foto ini sesuai
untuk mendeteksi fenomena pencemaran air, banjir, dan penyebaran potensi air tanah.
d) Foto
inframerah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat
dengan menggunakan spektrum inframerah
dekat (0,9–1,2 mikrometer) yang dibuat secara khusus.
Karak teristik citra ini adalah dapat mencapai bagian dalam daun sehingga rona pada citra inframerah
tidak ditentukan warna daun tetapi oleh sifat jaringannya.
Foto ini sesuai untuk mendeteksi ber bagai jenis tanaman dengan segala macam
kondisinya.
e) Foto
inframerah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra merah dekat dan sebagian
spektrum tampak pada warna merah dan sebagian warna hijau. Dalam foto ini, objek tidak segelap
dengan menggunakan film inframerah sebenarnya sehingga
dapat dibedakan dengan air. Foto ini cocok untuk survei vegetasi karena daun hijau tergambar dengan
kontras.
2) Sumbu Kamera
Sumbu kamera dapat dibedakan
berdasarkan arah sumbukamera ke permukaan bumi,
yaitu sebagai berikut.
a) Foto
vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto
yang dibuat dengan sumbu
kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
b) Foto
condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu
foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut
terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut
ini umumnya sebesar 100 atau lebih besar. Namun, jika sudut
kemiringannya masih
berkisar antara 1–40, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai
citra tegak.
3) Warna yang Digunakan
Berdasarkan warna yang
digunakannya, citra udara dapat dibeda kan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a)
Foto berwarna semu (false colour) atau foto infra merah
berwarna. Pada foto berwarna semu, warna objek tidak
sama dengan warna citra. Misalnya, vegetasi yang
berwarna hijau dan banyak memantulkan spektrum inframerah, tampak merah pada
foto.
b) Foto
warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna.
b. Citra
Nonfoto
Citra nonfoto merupakan gambaran
objek yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera. Citra nonfoto dibedakan atas
spektrum elektromagnetik yang digunakan, sensor yang digunakan, dan berdasarkan
wahana yang digunakan.
1) Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spektrum
elektromagnetik yang digunakan dalam proses penginderaan jauh, citra nonfoto
dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Citra
inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum inframerah termal. Penginderaan pada spektrum ini didasarkan atas
perbedaan suhu objek dan daya
pancarnya pada suatu citra yang tercermin dari perbedaan rona atau warnanya.
b) Citra
radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spektrum gelombang
mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem aktif, yaitu dengan sumber di
luar tenaga matahari (buatan).
Adapun citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistem pasif, yaitu dengan menggunakan
sumber tenaga alamiah (matahari).
2) Sensor yang Digunakan
Berdasarkan sensor yang
digunakannya, citra nonfoto dapatdibedakan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a)
Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan sensor tunggal yang
salurannya lebar.
b) Citra
multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi
salurannya sempit. Citra multispektral masih dibedakan ke dalam dua
jenis, yaitu sebagai berikut.
(1) Citra RBV (Return
Beam Vidicon), yaitu citra yang
menggunakan sensor
kamera dan hasilnya tidak dalambentuk citra karena detektornya
bukan film dan prosesnya noncitra grafik.
(2) Citra MSS (Multi
Spektral Scanner), yaitu citra yang menggunakan sensornya dapat
berupa spektrum tampak maupunspektrum inframerah termal. Citra ini dapat dibuat daripesawat udara.
3) Wahana yang Digunakan
Berdasarkan wahana yang
digunakannya, citra nonfoto dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a) Citra
Dirgantara (Airbone Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana
yang beroperasi di udara (dirgantara). Contoh citra inframerah
termal, citra radar, dan citra
MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan.
b) Citra
Satelit (Satellite Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa
atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi berdasarkan penggunaannya,
yaitu sebagai berikut.
(1) Citra satelit untuk penginderaan planet.
Misalnya, citra satelit Viking (Amerika Serikat) dan Citra Satelit
Venera (Rusia).
(2) Citra Satelit untuk penginderaan cuaca.
Misalnya, NOAA (Amerika Serikat), dan
Citra Meteor (Rusia).
(3) Citra Satelit untuk penginderaan sumber
daya bumi. Misalnya, Citra Landsat (AS), Citra Soyuz (Rusia),
dan Citra SPOT (Prancis).
(4) Citra Satelit untuk penginderaan laut.
Misalnya, Citra Seasat (AS) dan Citra MOS (Jepang).
2. Unsur dan
Teknik Interpretasi Foto Udara
a. Unsur
Interpretasi Foto Udara
Pengenalan objek merupakan unsur
terpenting dalam interpretasi foto
udara. Tanpa pengenalan objek, sangat tidak mungkin dilakukan analisis
sebagai salah satu usaha untuk memecahkanpermasalan yang sedang dihadapi.
Prinsip dasar pengenalan objek pada
foto adalah didasarkan ataspenentuan karakteristik atau atributnya dalam foto.
Karaktersitik objekyang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali
objekdisebut unsur interpretasi citra Unsur interpretasi citra udara
terdiri atas sembilan butir, yaitu rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur,
pola, tinggi, bayangan, situs, dan asosiasi.
1) Rona dan Warna
Rona (tone/color tone/grey tone) adalah
tingkat kegelapanatau kecerahan suatu objek pada foto. Rona pada foto
pankromatik merupakan jenis atribut bagi objek yang berinteraksi dengan seluruh
spektrum tampak yang disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan
panjang
gelombang (0,4–0,7()m). Di dalam penginderaan jauh,spek trum ini disebut spektrum
lebar. Apabila kita mengacu pada pengertian ini, rona dapat ditafsirkan
tingkatan dari hitam ke putih maupun sebaliknya.
Warna adalah wujud
yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit bahkan lebih sempit
daripada spektrum tampak.Warna menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih
beragam.
Rona pada citra dipengaruhi oleh
lima faktor, yaitu sebagai berikut.
(1) Karakteristik objek (permukaan
kasar atau halus). Karakteristik objek yang memengaruhi rona adalah sebagai
berikut.
(a) Permukaan kasar
cenderung menimbulkan rona gelap pada foto karena sinar yang datang
mengalami hamburan hingga mengurangi sinar yang dipantulkan.
(b) Warna objek yang
gelap cenderung menghasilkan rona gelap.
(c) Objek yang basah
atau lembap cenderung menimbulkan rona gelap.
(d) Pantulan objek,
seperti air akan tampak gelap.
2) Bahan yang digunakan (jenis film
yang digunakan).Jenis film yang digunakan juga sangat
menentukan rona pada foto, karena setiap jenis film memiliki kepekaan yang berbeda.
(3) Pemrosesan emulsi (diproses
dengan hasil redup, setengah redup, dan gelap).
Emulsi dapat diproses dengan hasil
redup (mat), setengah redup (semi mat), dan kilap (glossy). Cetakan kilap lebih
menguntungkan karena ketampakan rona pada foto udara cerah tetapi sulit diberi gambar. Cetakan redup bersifat
sebaliknya. Cetakan setengah
redup memiliki sifat antara, yaitu
ronanya cukup cerah dan masih agak mudah diberi gambar.
(4) Keadaan cuaca.
Rona citra udara sangat bergantung kepada jumlah
sinar yang dapat mencapai sensor.
(5) Letak objek dan waktu
pemotretan.
Letak dapat diartikan letak lintang dan letak bujur, ketinggian
tempat, dan letak terhadap objek
lainnya. Letak lintang sangat berpengaruh terhadap ketampakan rona pada foto. Selain itu, letak lintang juga menentukan
sudut datang sinar matahari. Ketinggian tempat juga
memengaruhi rona pada foto bagi objek yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh
sering timbulnya kabut tipis pada pagi
hari di tempat tinggi. Apabila pemotretan dilakukan pada pagi hari saat kabut tipis belum
hilang, rona objek di tempat yang rendah lebih cerah. Selain kedua pengertian tersebut, letak juga dapat diartikan
sebagai letak terhadap objek lain
yang berada di dekatnya. Apabila objek lain di dekatnya lebih tinggi dan
menghalangi objek utama, objek
tersebut akan tidak tampak pada foto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar