MAKALAH
Wayang Kulit Kekayaan Bangsa yang Terabaikan
Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia dari Ibu Sri Wahyuni S.pd
Disusun oleh kelompok 1:
·Anisa Wahyu Lianing. F ( 02 )
·Eka Wulandari ( 08
)
·Fina Frisdiananta ( 09
)
·Fitria Choirunnisa' ( 10
)
·M. Tantowi Jauhari ( 20 )
·Wahyu Chamdan. M ( 27 )
Kelas : XI
Mapel
: B. Indonesia
Jurusan
: IPS 4
MADRASAH ALIYAH NEGERI TLOGO
TAHUN 2011/2012
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan pada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta nikmat–Nya pada kami, berupa nikmat Islam, Iman,
kesehatan, berpikir dan lain sebagainya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah kami ini tanpa ada suatu halangan yang berarti.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
·
Bpk. Slamet Waluyo M.PdI
selaku kepala sekolah MAN Tlogo yang telah memberikan tempat bagi kami untuk
menyelesaikan makalah kami
· Ibu Sri Wahyuni S.pd. Yang telah memberikan tugas kepada kami
untuk membuat makalah, sehingga kami dapat lebih rajin belajar lagi
· Teman – teman kelas XI
IPS 4 yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu, terima kasih telah
membantu kami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan tugas
makalah bahasa indonesia ini
· Orangtua kami yang selalu memberikan dukungan baik materil
maupun non-materil
sehingga makalah kami
ini dapat terselesaikan tepat sesuai dengan waktu yang di sediakan.
Penyusunan makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna,
baik itu tata bahasanya, maupun kesimpulannya. Kami mohon maaf yang setulus –
tulusnya jika ada kesalahan dalam makalah ini. Maka dari itu kami berharap
bapak ibu guru, serta teman – teman berkenan memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk makalah ini.
Harapan terbesar dalam penulisan makalah ini, semoga apa yang
kami tulis dapat berguna nantinya bagi orang lain. Tidak merugikan pihak lain
tentunya.
Blitar,
25 januari 2012
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Di zaman yang modern ini, banyak sekali budaya bangsa seperti
wayang kulit yang kurang diperhatikan. Hal ini menyebabkan kreasi budaya bangsa
yang menurun akibat kurangnya generasi muda yang kurang meminati budaya bangsa
sendiri. Akibatnya, ada bangsa lain yang ingin memanfaatkan sekaligus
melesatarikan budaya wayang kulit, bahkan mengakui budaya wayang kulit adalah
budayanya, padahal wayang kulit adalah budaya asli indonesia.
Di era globalisasi ini banyak budaya luar yang masuk ke
indonesia seperti boys and girls band yang sudah jelas itu bukan budaya
indonesia. Hal seperti ini menyebabkan budaya wayang kulit terabaikan. Sebagai
generasi muda seharusnya kita harus lebih mencintai budaya sendiri, atau
mungkin melestarikan budaya tersebut agar tidak di klaim bangsa lain, seperti
kasus yang sudah terjadi, jangan sampai hal seperti itu terulang kembali pada
bangsa indonesia. Menghargai budaya bangsa lain bukan berarti kita lebih
mencintai budaya bangsa lain dan mengabaikan budaya bangsa sendiri seperti
wayang kulit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1) Apa sebab – sebab wayang kulit kurang dikenal dalam masyarakat
dan nyaris terlupakan?
2) Bagaimana langkah – langkah menyelamatkan wayang kulit dari
kepunahan?
3) Bagaimana cara
menumbuhkan rasa cinta terhadap wayang kulit kepada generasi muda?
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas tujuan yang dicapai dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1) Mendiskripsikan sebab – sebab wayang kulit kurang dikenal masyarakat
dan bahkan nyaris terlupakan
2) Mengetahui langkah – langkah menyelamatkan wayang kulit dari
kepunahan
3) Mengetahui cara untuk menumbuhkan rasa cinta generasi muda
terhadap wayang kulit.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Wayang Kulit
Secara etimologis wayang berarti bayangan (bahasa jawa : ayang
– ayang), penamaan ini mungkin karena wayang dinikmati melalui bayangannya.
Secara luas wayang kulit adalah seni tradisional indonesia, yang terbuat dari
bahan kulit binatang misalnya sapi atau kerbau yang sudah diproses menjadi
lembaran yang kemudian dipahat sesuai karakter tokoh wayang. Wayang dimainkan
oleh dalang yang berlaku sebagai narator. Cerita yang di ambil biasanya cerita
mahabarata dan ramayana. Pementasan wayang biasanya diringi oleh musik gamelan
dan tembang – tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Wayang, gamelan,
sinden memang sudah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Wayang kulit
dimainkan di balik layar putih yang di belakangnya disoroti oleh lampu,
sehingga tercipta bayang – bayang yang bisa dinikmati oleh para penonton.
Jadi penonton dituntut untuk bisa
memahami setiap karakteristik dari setiap tokoh pewayangan.
UNESCO (United Nations, Education, Scientific, and Cultural
Organization) pada tanggal 07 november 2003 lalu telah menetapkan pertunjukan
wayang sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam cerita narasi dan
warisan yang indah dan berharga, wayang juga merupakan salah satu budaya yang
lengkap, karena dalam budaya wayang terdiri dari seni peran, seni suara, seni
musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni
perlambangan. Jadi sangat disayangkan jika generasi muda masa kini tidak
melestarikan budaya wayang itu.Untuk itu sudah seharusnya kita warga indonesia
khususnya para generasi muda harus mencintai dan melestarikan budaya wayang
yang mulai kalah bersaing dengan budaya bangsa lain.
Jenis-jenis wayang sangat beragam, dari bahan pembuatannya ada
yang di buat dari kulit binatang, yang biasa kita sebut dengan wayang kulit.
Ada juga yang di buat dari kayu, yaitu wayang khas jawa barat disebut wayang
golek. Selain itu ada jenis wayang kulit
gagrag yogyakarta, wayang ini disebut wayang gagrag yogyakarta karena memiliki
bentuk, pola tatahan, dan sunggingan (pewarnaan) yang khas, selain itu dalam
pertunjukan wayangnya juga memiliki ciri khas dengan wayang lain yaitu lakon
wayang ( penyajian alur cerita dan maknanya), catur (narasi dan percakapan),
karawitan (gendhing, sulukan dan properti panggung yang lain). Selain itu juga
masih banyak lagi jenis wayang di indonesia seperti wayang kulit gagrag
surakartan dan gagrag jawa timuran.
Dalam pertunjukan wayang
juga ada tokoh – tokoh, baik antagonis maupun protagonis. Seperti tokoh tokoh
pandawa 5 yang terdiri dari (pandu dewanata, werkudhara, arjuna, nakula, dan
sadewa), setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda – beda, hal ini menuntut
dalang harus bisa menjadi semua karakter dalam cerita wayang yang
dipertunjukkan. Maka dari itu dalang bukan orang yang asal – asalan, melainkan,
orang yang memang sudah benar – benar ahli dan mengerti seluk beluk wayang itu.
Selain tokoh – tokoh di atas juga ada karakter punakawan, yang sebenarnya dalam
cerita wayang tidak ada karakter
punakawan itu, seperti (semar, gareng, pethruk, bagong), karakter
punakawan hanya tambahan guyonan saja agar penonton tidak bosan dengan alur cerita
yang itu - itu saja.
2.2 Fungsi Wayang Kulit
Dalam era globalisasi saat ini wayang kulit hanya digunakan
sebagai hiburan semata. Berbeda pada zaman dahulu, wayang kulit kerap digunakan
untuk media dakwah dan penyebaran agama islam, yang populer disebarkan oleh sunan
kalijaga, seorang wali penyebar agama islam di pulau jawa. Pertunjukkan wayang
kulit ditujukan untuk melestarikan budaya indonesia agar tidak punah dan tidak
diakui oleh bangsa lain. Wayang kulit adalah gurunya masyarakat, demikianlah
salah atu pernyataan idiomatik yang dapat dipredikatkan untuk sebuah pagelaran
wayang kulit. Bukan berarti wayang menempatkan dirinya sendiri sebagai sang
guru, tapi lebih pada banyaknya pesan – pesan moral dan pendidikan yang dapat
disisipkan dalam sebuah pagelaran wayang kulit. Wayang kulit juga berfungsi
sebagai alternatif media pendidik masyarakat karena dengan media ini maka minat
dan kemampuan masyarakat masih cukup tinggi untuk menikmati pertunjukkan ini,
sehingga sambil menikmati hiburan mereka mendapat masukan pesan – pesan positif
dari sang dalang.
2.3 Sebab – Sebab Wayang Kulit Kurang Dikenal dan Nyaris Dilupakan
Seiring dengan perkembangan zaman, yang mulai melupakan budaya
tradisi bangsanya. Berikut sebab – sebab wayang kulit kurang diminati dan
nyaris dilupakan antara lain:
1)
Banyaknya pilihan media
hiburan yang beragam dan lebih praktis, bahkan gratis seperti televisi,
internet dan bioskop.
2)
Durasi pertunjukan wayang yang ditayangkan
dari malam sampai subuh. Merupakan waktu yang kurang efektif bagi generasi
muda. Selain itu bagi mereka ini tidak patut untuk menjadi tren, waktu yang
lama membuat penonton bosan.
3)
Pertunjukan wayang yang
monoton itu – itu saja.
4)
Penggunaan bahasa jawa yang halus atau dalam
bahasa jawa disebut krama inggil, sehingga cerita alur dari wayang hanya
dimengerti oleh sebagian orang saja.
5)
Adanya anggapan dari
para generasi muda wayang kulit adalah kebuyaan yang kuno.
6)
Belum adanya sarana yang
bisa menampung dalam pengembangan kreasi wayang kulit.
7)
Perkembangan zaman globalisasi yang
menyebabkan pengaruh budaya luar mudah masuk dan
mempengaruhi kebudayaan asli bangsa. Seperti budaya boys and girls band
yang kini mulai meraja lela dan bisa saja menggeser posisi kebudayaan asli
daerah dihati generasi muda .
2.4 Langkah – Langkah Menyelamatkan Wayang Kulit dari Kepunahan
Melihat dari minat warga indonesia terhadap wayang kulit yang
kurang antusias, perlu adanya langkah – langkah untuk menyelamatkan wayang
kulit dari kepunahan antara lain:
1). Wayang kulit diperkenalkan pada generasi muda
Dengan diperkenalkannya wayang kulit sejak dini, minimal
seseorang akan lebih mengenal dan mencintai budaya wayang kulit itu dan
diharapkan akan berusaha melestarikannya bagi generasi yang akan datang.
2). Didirikan sanggar wayang
kulit
Dengan didirikannya sanggar wayang kulit, para generasi muda
diharapkan bisa mempelajari dan melestarikan wayang kulit dengan memanfaatkan
fasilitas sanggar tersebut. Dengan adanya media seni sanggar wayang kulit,
generasi muda mempunyai tempat untuk berkreasi dan mengembangkan bakatnya tanpa
ada rasa malu.
3). Dibuat jadwal pertunjukkan wayang kulit secara teratur dan berkala
Dalam masyarakat saat ini, wayang hanya ada dipertunjukan pada
saat ada hajatan saja. Hal ini menyebabkan wayang tidak begitu dikenal oleh
masyarakat. Dengan adanya jadwal pertunjukkan wayang secara teratur, diharapkan
wayang kulit bisa lebih dikenal oleh masyarakat dan lebih diminati. Misalnya
dengan mengadakan pertunjukan wayang kulit setiap seminggu sekali, pada waktu
siang hari, jadi para generasi muda dapat menyaksikan pertunjukan wayang tanpa
ada rasa takut kemalaman.
4). Pengemasan wayang kulit yang
dibuat lebih modern
Dari beberapa penyebab wayang kulit kurang diminati generasi
muda adalah pengemasan pertunjukan yang terkesan monoton dan hanya itu – itu
saja. Dengan mengemas pertunjukan wayang kulit agar lebih modern, diharapkan
bisa menghambat kepunahan wayang
kulit. Misalnya dengan menambahkan kesenian lain yang bisa menjadi selingan pada pertunjukan wayang, namun tetap
tidak mengubah pakem dari cerita wayang itu sendiri.
2.5 Cara Menumbuhkan Rasa Cinta Generasi Muda Terhadap Wayang
Kulit
Melestarikan budaya wayang kulit itu sangat penting, karena
wayang adalah salah satu budaya bangsa yang memang harus dilestarikan, dan ini
merupakan tugas bagi para generasi muda bangsa. Untuk itu cara – cara
menumbuhkan rasa cinta generasi muda pada wayang antara lain:
1.
Mulai mengenalkan wayang pada anak usia dini
Ada istilah tak kenal maka tak sayang, untuk itu agar para
generasi muda bisa mencintai budaya wayang, perlu kita tanamkan budaya wayang
kulit itu pada anak sejak dini. Karena dalam usia dini, anak – anak akan lebih
bisa menyerap informasi lebih mendalam, sehingga akan tertanam rasa cinta
terhadap wayang kulit pada diri anak tersebut.
2. Mengemas wayang dalam komik
RA kosasih atau teguh santoso merupakan nama – nama yang
selalu dikenang sebagai maestro komik yang banyak mengangkat kisah pewayangan.
Komik dengan kisah wayang mulai muncul pada tahun 1954, dan berjaya pada era
70-an sampai 80-an. Komik-komik kaya maestro indonesia seperti RA kosasih atau
teguh santoso, dengan referensi dari berbagai sumber mencoba untuk setia pada
pakem kisah pewayangan, hal ini cukup berperan dalam melestarikan, memasyarakatkan dan menumbuhkan rasa cinta
pada wayang kulit. Dengan dibuatnya kisah pewayangan versi komik, generasi muda
akan lebih tertarik untuk mengenal budaya wayang kulit tersebut.
3.
Memberikan
pembelajaran tentang kesenian wayang kulit pada sekolah formal
Pendidikan formal, adalah salah satu jenjang pendidikan yang
resmi dan diakui oleh pemerintah, dan pendidikan formal merupakan wadah bagi
generasi muda untuk menuntut ilmu. Dengan memberikan pembelajaran kesenian dan memasukkan
budaya wayang dalam materinya, diharapkan akan tumbuh rasa cinta para generasi muda
bangsa, dan akan ada niat untuk melestariakannya demi masa yang akan datang.
4.
Mengenalkan tokoh –
tokoh dan cerita – cerita pewayangan
Sebelum bisa mencintai wayang dengan sepenuh hati, tentunya
perlu pengenalan tokoh-tokoh dan cerita-cerita yang ada dalam pewayangan.
Karena tak mungkin mereka bisa mencintai wayang, jika tidak mengenal tokoh-tokoh
dan cerita yang ada di dalamnya.
5.
Lebih sering
mempertunjukkan wayang
Seperti halnya istilah wit ing tresno jalaran soko kulino (cinta
itu tumbuh karena terbiasa), dengan mempertunjukakan wayang kulit
sesering mungkin, diharapkan rasa cinta pada
wayang akan tumbuh pada diri generasi muda dan akan mengakar dalam sanubarinya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Wayang kulit adalah kesenian indonesia khas jawa yang
dipertunjukkan lewat sebuah layar yang disoroti oleh lampu, dan cara melihatnya
melalui bayang – bayangnya. Wayang ada yang terbuat dari kulit binatang, dan
kayu. Fungsi wayang sangat sentral, selain sebagai media hiburan, wayang juga
berperan dalam penyebaran agama islam pada masa wali songo yang disebarkan oleh
sunan kali jaga. Dalam pertunjukan
wayang banyak nilai – nilai moral dan pendidikan yang disisipkan dalang,
sebagai pembelajaran bagi penonton. Namun adanya perkembangan zaman yang
semakin modern, banyak generasi muda yang lebih menyukai budaya luar yang lebih
modern, dari pada budaya wayang kulit yang terlihat kuno. Selain karena
perkembangan zaman yang mulai menggeser kedudukan wayang, ada beberapa faktor
penyebab wayang kulit itu hampir punah dalam kehidupan sosial, penyebabnya
antara lain: karena durasi wayang yang terlalu lama, pengemasan wayang kulit
yang monoton, bahasa yang sulit dipahami karena menggunakan bahasa krama
inggil dan banyaknya alternatif hiburan lain yang lebih praktis. Untuk
mencegah kepunahan wayang kulit dapat dilakukan langkah – langkah seperti:
mengenalkan wayang pada generasi muda, membangun sanggar wayang sebagai sarana
pengembangan wayang, dibuat jadwal pertunjukan secara teratur dan berkala,
pengemasan pertunjukan wayang sekreatif mungkin. Selain langkah – langkah tadi,
perlu menumbuhkan rasa cinta generasi muda pada wayang dengan cara:
mengenalakan wayang pada anak usia dini, mengemas wayang dalam komik atau
sesuatu yang mungkin dapat menarik minat generasi muda, mengenalkan tokoh –
tokoh dalam wayang, dan cerita – cerita dalam pewayangan, sering
mempertunjukkan wayang.
DAFTAR PUSTAKA
www.jateng prov.go.id
Library.um.ac.id
wiradimatematika.blogsport.com/2010/02/mengapa
– generasi – muda – tidak – suka.html
wayang.press.com/2010/07/03/kesenian wayang – orang – kurang – diminati
repository.ipb.ac.id
blog.uin.malang.ac,id/abrorarium/2010/10/15/laporan
penelitian-kebudayaan- pengaruh-globalisasi-ditengah-masyarakat-terhadap-perkembangan-wayang-kulit/
Ridho, sofwan,
S.Pd.2011.Buku Ajar Seni Budaya untuk SMA/MA kelas X. Surakarta: Citra Pustaka
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................1
4
LATAR
BELAKANG................................................................................1
5
RUMUSAN
MASALAH...........................................................................1
6
TUJUAN
PENELITIAN...........................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................3
7
PENGERTIAN WAYANG
KULIT...........................................................3
8
FUNGSI WAYANG
KULIT......................................................................4
9
SEBAB – SEBAB
WAYANG KULIT KURANG DIKENAL DAN NYARIS
DILUPAKAN..........................................................................................................5
10
LANGKAH – LANGKAH
MENYELAMATKAN WAYANG KULIT DARI
KEPUNAHAN.......................................................................................................6
11
CARA MENUMBUHKAN
RASA CINTA GENERASI MUDA PADA WAYANG KULIT.................................................................................................7
BAB III
PENUTUP.................................................................................................................8
12
KESIMPULAN..........................................................................................8
13
SARAN........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10